Membangun Desa Wisata Di Kabupaten Kepulauan Meranti

24 Juni 2010

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) tahun 2011 menargetkan pembangunan 450 desa di seluruh Indonesia menjadi desa wisata.
  
"Usulan program pembangunan 450 desa wisata diharapkan mendapat persetujuan DPR sehingga berbagai potensi pariwisata setiap desa bisa diberdayakan menjadi tempat tujuan wisata," ungkap staf ahli Kemenbudpar bidang Pranata Sosial, Surya Yoga, di Jayapura, Minggu (20/6/2010).
  
Ia menyebutkan, pembangunan desa wisata membutuhkan sejumlah persyaratan, di antaranya harus memiliki potensi pariwisata yang bisa dikembangkan.
  
Selain itu, kondisi masyarakat di desa bersangkutan juga dinilai masih hidup dalam garis kemiskinan. "Jika usulan 450 desa wisata disetujui DPR RI, setiap desa akan mendapat kucuran dana sebesar Rp 150 juta," harap Yoga yang didampingi Kasubid Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat Romli Arifin.
  
Ia menyebutkan, pada tahun 2010, jajaran Kemenbudpar telah membangun 200 desa wisata di seluruh Indonesia melalui dukungan dana program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri.
 
Dia mengakui, pembangunan 200 desa wisata tersebut diseleksi melalui usulan yang diterima Kemenbudpar dari para kepala daerah pengusul dari seluruh kabupaten/kota di seluruh Tanah Air.
  
"Masing-masing desa wisata diberikan subsidi dana sebesar Rp 70 juta hingga Rp 90 juta per desa melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri untuk pariwisata yang dikoordinasikan di bawah Menko Kesra.


Dari informasi di atas apakah memungkinkan Desa-desa yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti kita usulkan dan kembangkan menjadi Desa Wisata, tinggal bagaimana kita menyiapkan diri agar bisa memenuhi kreteria Desa Wisata tersebut. Cerita Sebuah Desa di Pulau Jawa inipun dapat dijadikan pelajaran  bagi kita :

Desa Wisata Kembang Arum, Media Pengembangan Masyarakat

desa-wisata-kembang-arumAnda datang senang, pulang tambah pintar. Inilah motto Desa Wisata Kembang Arum. Sebuah desa wisata yang terletak 20 km dari pusat kota Yogyakarta. Desa ini mempunyai pemandangan alam yang menakjubkan. Sawah yang hijau terbentang, perkebunan salak yang tertata rapi, sungai yang jernih dan jalan yang diperindah dengan tembok terbuat dari batu membuat desa ini layak mendapat predikat sebagai salah satu desa wisata terindah di Yogyakarta.

Desa Wisata Kembang Arum ini terbentang seluas 22 hektar yang terdiri dari tanah warga, tanah kas desa dan tanah milik sanggar pratista. Keseluruhan luas tanah ini dimanfaatkan dengan baik untuk menunjang pariwisata yaitu dengan pembangunan-pembangunan berkala. Keindahannya membuat desa ini didatangi oleh banyak orang. Sejak berdirinya desa wisata ini, terhitung tamu yang telah datang mengujungi adalah sekitar 65.000 orang yang terdiri dari wisatawan domestik maupun mancanegara.

Hal ini membuktikan bahwa pedesaan mempunyai potensi wisata tersendiri. Dan program desa wisata pun dgalakkan untuk mengopimalkan potensi pedesaan. Hal ini sesuai dengan konsep sustainable development yang bisa diartikan sebagai pengelolaan yang baik mewujudkan keseimbangan antara kebutuhan manusia untuk meningkatkan gaya hidup dan memelihara sumber daya alam dan ekosistem tempat kita dan generasi beikutnya bergantung (Mintzer, 1992, dikutip dari http://www.gdrc.org/sustdev/definitions.html). Sustainable development merupakan pertumbuhan ekonomi bersama-sama dengan perlindungan atas kualitas lingkungan yang saling mendukung satu sama lain. Implikasi konsep ini harus melibatkan kerjasama antar inisiator dengan warga masyarakat yang menempati lingkungan tersebut.

Inisiator Desa Wisata Kembang Arum adalah Pak Hery Kustriyatmo dan didukung oleh Sanggar Melukis Pratista. Desa wisata ini diresmikan tanggal 27 Juli 2006, berawal dari mendirikan sanggar lukis di Kembang Arum kemudian berkembang menjadi desa wisata pendidikan, wisata pertanian, perkebunan, wisata air, perikanan, pemukiman, seni budaya, kuliner, dan outbound. Yang tidak kalah menariknya adalah wisata perfilman. Sudah banyak film/feature yang dibuat di Desa Wisata Kembang Arum ini seperti Si Bolang, Wisata Kuliner, Jelang Siang. Sekitar 27 film yang sudah dibuat dan ditayangkan oleh RCTI, TPI, Indosiar, TVRI Jogja, dll. Selain itu ada wisata yang hanya ada satu di Indonesia yaitu wisata baksos yaitu dengan menggunakan motor trail dan mobil offroad. Tiap motor trail ada mekanik yang dibekali dengan makanan. Jadi di tengah-tengah perjalanan menuju lereng merapi, peserta baksos akan memberi makanan pada orang yang membutuhkan yang ditemui di jalan.

Tujuan awal mendirikan desa ini adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia dan peningkatan ekonomi warga melalui berjualan, pelatihan-pelatihan kesenian tari dan lukis. Melihat potensi desa yang bersih dan asri, Pak Hery tergugah hatinya untuk mewujudkan sebuah ide pengembangan desa wisata yang bisa menguntungkan dan memberdayakan masyarakat.

Cerita awalnya adalah ketika itu istri Pak Hery ingin mencari rumah. Lalu berjalan-jalan sampai ke Turi dan sampailah ke salah satu rumah yang ada di Kembang Arum. Mereka akhirnya meminta pada pemiik rumah itu untuk menjual rumahnya yang pada waktu itu dimiliki oleh Pak Marsaid. Kemudian Pak Marsaid mengijinkan Pak Hery menjadikan rumah itu sebagai sanggar lukis. Berawal dari sanggar lukis itu, berkembanglah ide-ide untuk memajukan desa tersebut dengan konsep wisata.

Ada hal yang unik mengiringi perkembangan desa wisata ini. Sebelum menjadi desa yang asri dan dikunjungi oleh banyak wisatawan, desa ini hanyalah sebuah desa biasa yang daya tarik keindahannya belum kelihatan. Bahkan desa ini tergolong salah satu desa termiskin atau tertinggal di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kehebatan para pengelola dan kerjasama warga membuat desa termiskin itu kini menjdi desa yang dikagumi dan didatangi banyak orang.

Untuk menjadikan Kembang Arum ini menjadi desa wisata, tak mudah juga usaha yang ditempuh oleh Pak Hery sebagai inisiator. Tantangan awalnya adalah Pak Hery dan beberapa penggagas lainnya harus melakukan pendekatan secara pelan-pelan kepada kelompok-kelompok masyarakat Desa Kembang Arum. Kelompok-kelompok ini antara lain kumpulan bapak-bapak, ibu-ibu PKK, pemuda dan karangtaruna, maupun sesepuh-sesepuh desa. Masyarakat awalnya memang cukup menyambut hangat ide dari Pak Hery dkk. Tetapi belum seratus persen masyarakat setuju. Butuh waktu yang tidak sedikit untuk membuat seluruh penduduk menyetujui perubahan di desa mereka. Lambat laun hingga saat ini seluruh masyarakat desa sudah menerima konsep desa wisata untuk desa mereka.

Kendala kedua adalah masalah biaya atau dana. Dana awal pembangunan desa ini berasal dari kas Sanggar Pratista yang juga dikelola oleh Pak Hery. Sedangkan anggaran dari warga sendiri tidak tersedia. Jadi dana yang diandalkan adalah dari sanggar. Dana yang ada tidak cukup untuk membuat pembangunan yang serentak. Sehingga pembangunan dilakukan sedikit demi sedikit tetapi untunglah bias dilaksanakan berkesinambungan.

Kendala yang lain juga ada seperti pengaruh dari pihak luar seperti contohnya orang-orang yang ingin membeli tanah di desa ini untuk dijadikan hunian pribadi dirasa sedikit mengganggu perkembangan desa ini. Di bidang sosial, perkembangan desa wisata ini dipengaruhi oleh peran dari pemuda. Pemuda desa ini mengalami penurunan kemampuan dalam bercocok tanam dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka pun kadang lebih fokus ke hal yang berbau modern dan mulai meninggalkan hal yang tradisional. Untuk menanggulangi hal ini, dibuatlah sarana untuk tetap menjaga minat warga akan potensi desa merekadan menjaga nilai-nilai tradisional seperti pembangunan lapangan bulutangkis, pembelian alat-alat sepak takraw, dsb.

Pengelolaan desa ini dilakukan oleh Pak Hery dibantu lima orang tim kreatif yang terdiri dari Pak Marsaid, Pak Ngatiman, Pak Muji, Pak Yuli dan Bu Jarwati. Tim ini menangani acara-acara yang diinginkan oleh tamu. Tamu yang ingin beriwisata di desa ini awalnya akan melakukan survey lalu reservasi ke kantor yang ada di Sanggar Pratista. Dengan reservasi, pengelola Kembang Arum bisa menyiapkan segala hal yang dibutuhkan oleh tamu secara maksimal dan hampir semua keinginan tamu diakomodasi oleh pengelola. Kemudian Pak Hery akan menyampaikan ini kepada tim kreatif yang sudah terbentuk. Tim kreatif akan membuat anggaran untuk akomodasi dan lain-lainnya untuk disampaikan kepada ketua RT dan ibu-ibu PKK. Ketua RT membagi tugas warga untuk menjadi pemandu di acara outbound dan sebagai guide wisata sedangkan ibu-ibu PKK menyediakan masakan untuk wisata kulinernya. Sistem pembagian keuntungan antara Sanggar Pratista dengan warga sudah dimusyawarahkan di awal pendirian desa wisata. Jika ada tamu yang datang, uang yang didapat dari tamu tersebut akan digunakan untuk mengisi kas wisata yaitu sebesar 5000 rupiah per tamu. Kas lain yang juga diisi adalah kas kumpulan bapak-bapak, kas PKK serta infaq masjid. Warga yang terlibat membantu kegiatan outbound juga akan mendapat fee sesuai dengan jam kerjanya.

Kegiatan-kegiatan dalam desa wisata ini banyak melibatkan peran masyarakat Kembang Arum sendiri. Misalnya seperti pijat massal, warga menjadi pemijat dan akan diberi tip dan fee. Wisata kulinernya yang khas melibatkan ibu-ibu PKK, wisata seni dan budayanya melibatkan bapak-bapak dan pemuda menjadi pemandu outbound. Orang yang umurnya sudah sangat tua pun tidak ketinggalan, mereka juga mempunyai kontribusi dalam wisata budi pekerti. Contohnya nenek-nenek mengunyah sirih atau menumbuk padi akan menggugah keingintahuan anak-anak yang datang berkunjung ke desa ini. Sistem pemasaran desa wisata ini masih dikelola oleh Sanggar Pratista. Awalnya adalah dengan sistem gethok tular yaitu informasi dari mulut ke mulut. Dengan memanfaatkan koneksi sanggar yang mengajar di 79 sekolah ini, Pratista melakukan sosialisasi kepada murid dan orang tua murid. Hal ini lalu berkembang sehingga muncul makelar wisata yang menghubungkan antara wisatawan dengan pengelola Kembang Arum. Untuk mendukung ini, Pratista juga mencetak brosur kemudian disebarkan pada para tamu atau koneksi.

Prestasi yang pernah diraih desa ini juga tidak sedikit. Keberhasilan tersebut antara lain juara 1 Hatinya PKK Tingkat Kabupaten, juara 1 Kebersihan dan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional, juara 1 Pembuatan Jamu se-Kabupaten Sleman (Jamu Pulih Raga), juara 1 Lomba Desa Wisata tahun 2008 se-Kabupaten Sleman, juara 1 Penampilan Seni Budaya dan Pameran Kabupaten Sleman. Dalam waktu yang cukup singkat, mereka telah bisa meraih semua ini. Prestasi-prestasi ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan oleh inisiator dan masyarakat setempat telah mengalami keberhasilan. Hal ini juga tidak lepas dari pengawasan Pak Hery. Untuk kontrol dan pengawasan, Pak Hery dibantu oleh 5 tim kreatif yang salah satunya adalah Pak Marsaid yang sekarang menjadi ketua pariwisata di desa ini. Selain itu, Pak Hery juga hampir tiap hari datang ke desa ini. Jika ada laporan apapun tentang perkembangan desa maka harus disampaikan secepatnya ke Pak Hery. Dengan pengawasan yang seperti ini, kesinambungan pengembangan Desa Wisata Kembang Arum akan terjaga. Selain itu juga akan mendatangkan keuntungan pada penduduk baik dalam bidang ekonomi maupun pendidikan sosial budaya. Dengan begitu, penduduk bisa bertahan untuk tetap aktif dalam mengembangkan desa mereka secara berkesinambungan sehingga sustainable development bisa terwujud sesuai keinginan masyarakat dan inisiator.

0 komentar:

 
© Copyright 2010-2011 Kayu Ara All Rights Reserved.
Template Design by bakharuddin.Net | Powered by Blogger.com.